-->

Kamis, 07 November 2013

Angka kematian bayi menurut who 2013

Menkes Kaget Angka Kematian Ibu Bayi Masih Tinggi

Menkes Kaget Angka Kematian Ibu Bayi Masih Tinggi
Sejumlah ibu membawa balitanya antre untuk mendapatkan pengobatan gratis di Muara Angke Kampung Baru, Pluit, Jakarta, (9/3). Diperkiran 9.500 ibu meninggal saat melahirkan serta 157.000 bayi dan 200.000 anak balita meninggal setiap tahun. TEMPO/Aditia Noviansyah
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi prihatin pada tingginya angka kematian ibu dan bayi di Indonesia. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, angka kematian ibu mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Dalam survei yang sama, lima tahun lalu, angka kematian ibu hanya 228 per 100 ribu kelahiran hidup.

"Kami sudah lakukan semua langkah dan mobilisasi. Tiba-tiba dikagetkan angka kematian ibu yang masih tinggi. Pusing enggak? Untung enggak ada zamannya Menkes bunuh diri karena angka kematian tinggi," kata Nafsiah dalam peluncuran "Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu" di kantor Kemenkes, Kamis, 26 September 2013.

Menurut Nafsiah, hasil SDKI 2012 akan menjadi pertimbangan besar bagi kementerian dan dinas kesehatan untuk melanjutkan program kesehatan. Namun, dia meminta para dokter dan tenaga kesehatan di seluruh daerah tak hanya terpaku pada angka-angka dan presentasi.

Dokter dan tenaga kesehatan, kata Nafsiah, harus fokus pada pendekatan dan upaya preventif meningkatkan kesehatan masyarakat. Terhadap ibu hamil, tindak pencegahan dan pemantauan harus dilakukan sedini mungkin.

"Apa pun yang dikatakan survei, harus terus berfokus pada manusianya," ujarnya. "Apakah ada wanita yang meninggal karena tak mendapat layanan maksimal dan tak mendapat penanganan saat dibutuhkan. Itulah yang harus jadi fokus."

Nafsiah mengatakan, untuk menekan tingkat kematian ibu, Kementerian Kesehatan melalui "Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu" akan mengutamakan pembenahan kesehatan di sektor hulu. (Baca : Atasi Kematian Ibu dan Bayi, Ini Usaha Pemerintah | )

Rencana aksi ini menekankan pada peningkatan kualitas kesehatan masyarakat sejak dini, mulai dari anak-anak dan remaja. Kualitas kesehatan reproduksi remaja akan menjadi fokus Kemenkes melalui kerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Agama.

Selain itu, Kemenkes juga akan mendorong masyarakat dan keluarga, terutama suami untuk lebih aktif mengontrol dan menjaga pasangannya yang hamil. Deteksi dini dari keluarga akan menjauhkan ibu hamil dari risiko kematian. "Suaminya dan siapa yang menghamili itu harus dilibatkan. Come on! Jangan pernah biarkan wanita hamil dalam kesendirian," ujarnya.

Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan (BUK) Kemenkes, Akmal Taher, mengatakan untuk menekan angka kematian ibu, Kemenkes akan melakukan koordinasi terpadu dengan seluruh direktorat terkait dan pemerintah daerah. Intervensi dan pendampingan akan diprioritaskan pada daerah rawan.

Saat ini, berdasarkan hasil sensus kesehatan 2010, daerah yang masih tinggi tingkat kematian ibu bayi berada di wilayah Indonesia timur. Untuk setiap 100 ribu kelahiran hidup di Papua, angka kematian ibu mencapai 620, Papua Barat sebanyak 573 kematian, Maluku Utara 387, dan Sulawesi Tengah 379.

Akmal mengatakan, dalam rencana aksi nasional, Kemenkes akan meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Kesiapan rumah sakit dan puskesmas juga akan terus digenjot untuk memberi layanan 24 jam dan 7 hari penuh. "Di luar itu kami juga akan terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk meningkatkan perhatian pada peningkatan layanan kesehatan.

Sabtu, 29 Juni 2013

Contoh Format Pengajuan Judul


(K O P  AKBID eM_yoU)
PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH (KTI)
AKADEMI KEBIDANAN MINASA UPA
MAKASSAR

Nama               :  YUSPIANA
Nim                 :  MU 010.081

1.      ASUHAN KEBIDANAN PADA NY”X” MASA NIFAS DENGAN JAHITAN RUPTUR PERINEUM TINGKAT II   DI RUMAH SAKIT “Y” MAKASSAR TANGGAL “Z” 2013

2.      ASUHAN KEBIDANAN NY “X” KEHAMILAN DENGAN ANEMI DI RUMAH SAKIT “X” MAKASSAR TANGGAL “X” 2013


Makassar, 13 Maret 2013
             Mahasiswi


                                                                                                                       ( YUSPIANA)
                                                                                                                        NIM :



MENGETAHUI
Pambimbing I                                                                          Pembimbing II


(Hj. Indriani, SKM,M.Kes)                                                Hj.St.Mardiyah, SKM, Dipl, Mid
NIDN :                                                                               NIDN :

Jumat, 14 Juni 2013

Margin tidak sesuai dengan hasil print



Pengaturan margin pada aplikasi ms.word sangat penting dalam penulisan karya tulis, makalah, skripsi, tesis dan disertasi. Pengaturan margin selain sebagai aturan juga menyangkut kerapian karya tulis. Sebagai aturan yang telah ditetapkan, hasil print harus sesuai dengan pengaturan margin yang kita lakukan pada ms.word. Walaupun pengaturan margin sudah sesuai dengan aturan atau format yang telah ditentukan, hasil print dokumen tidak sesuai dengan pengaturan margin, apa penyebabnya?
Pertamakarena ukuran kertas. Pada posting tentang ukuran kertas pada aplikasi ms.word, dimana ukuran kertas di Indonesia yang tidak sesuai dengan ukuran standar internasional diatas seperti ukuran kertas 215×285 mm (letter/kuarto) dan 215×297 mm (A4).Misalnya pengaturan page setup untuk margin sudah sesuai misalnya 4 4 3 3 (maksudnya margin top 4 cm, margin right 4 cm, margin left 3 cm dan margin bottom 3 cm), dan paper size yang kita gunakan adalah A4 (210×297mm). Karena ukuran kertas A4 yang ada berukuran 215×297 perbedaan 0,5 cm akan terdapat pada margin right hasil print maksudnya pada hasil print kita margin right (kanan) menjadi 3,5 cm. Juga  pada penggunaan kertas letter (21,59×27,9cm), sedangkan kertas kuarto yang ada berukuran 21,0×28,5mm maka terdapat perbedaan 0,5 cm pada bagian kanan dan 0,6 cm pada bagian bawah. Jadi hasil print tidak sesuai margin pada aplikasi ms.word ini.
Bagaimana solusinya?. Pada pengaturan page setup, tetap gunakan margin sesuai aturan tetapi pada page size pilih custom size dan isi dengan ukuran kertas sesuai dengan yang kita gunakan.
Keduapengaturan ukuran kertas (paper size) pada setup ms.word tidak sama dengan pengaturan ukuran kertas pada printer. Setelah kita mengisi margin dan paper size sudah sesuai dengan ukuran kertas yang akan kita gunakan, saat akan melakukan perintah print, atur setting printer sesuai dengan ukuran kertas kita. Setting printer untuk ukuran kertas biasanya terdapat pada menu properties print. Misalnya saat kita sudah melakukanpengaturan page setup ms.word dengan ukuran kertas A4 tetapi setting printer pada kolom size letter maka hasil print kita tidak sesuai dengan margin bahkan ini sangat jelas terlihat.
Solusinya, rubah setting printer ukuran kertas sesuai dengan kertas yang kita gunakan. Untuk setting printer ukuran kertas ini cukup letter atau A4 saja. Hasil print akan menyesuaikan sendiri walaupun terdapat perbedaan ukuran kertas tadi.
Ketigapenggunaan spasi yang kita gunakan pada dokumen kita. Margin kita tidak sesuai akibat penggunaan spasi biasanya spasi dua atau lebih akan mengakibatkan margin bawah hasil print kita tidak sesuai dengan pengaturan margin yang sudah kita lakukan. Tapi biasanya hal ini tidak dipermasalahkan oleh asisten atau pembimbing karya tulis kita. Bisa dijelaskan bahwa hal ini atomatis terjadi karena penggunaan spasi.
Semoga posting ini, bisa memberikan solusi buat rekan-rekan blogger yang juga masih mahasiswa saat menyelesaikan tugas akhir, dimana masalah seperti ini hanyalah masalah teknis tapi kadang bisa jadi penghambat. Selamat mencoba dan saya masih berharap komentar anda tentang edit atau ganti thema blog ini. Terima Kasih.

Selasa, 11 Juni 2013

PERAWATAN LUKA BEKAS JAHITAN



     Ibu yang bersalin secara normal, beberapa ada yang tidak mengalami robekan karena jalan lahirnya cukup elastis ketika dilalui bayi saat proses persalinan. Namun ada ibu yang memerlukan bantuan dokter maupun bidan untuk memperlebar jalan lahir dengan dilakukan pengguntingan jaringan di daerah perineum yakni jaringan otot  kerampang antara dubur dan vagina. Pengguntingan jaringan otot perineum ini disebut tindakan episiotomi.
Setelah selesai persalinan maka dokter atau bidan akan menjahit dan menyatukan kembali luka tersebut sedemikian rupa agar nantinya sembuh dengan sempurna. Nah untuk mempercepat pemulihan luka tersebut diperlukan perawatan yang benar.
Mengapa perawatan luka bekas jahitan ini penting ?
Karena luka bekas jahitan jalan lahir ini bila tidak dirawat dapat menjadi pintu masuk kuman dan menimbulkan infeksi, ibu menjadi panas, luka basah dan jahitan terbuka, bahkan ada yang mengeluarkan bau busuk dari jalan lahir ( vagina )
Kapan dimulai perawatan luka jalan lahir ini?
Sesegera mungkin setelah melahirkan serta ganti pembalut  sesering mungkin. Setelah 6 jam dari persalinan normal, Ibu akan dilatih dan dianjurkan untuk mulai bergerak duduk dan latihan berjalan.Tentu saja bila keadaan ibu cukup stabil dan tidak mengalami komplikasi misalnya tekanan darah tinggi atau pendarahan
Bagaimana persiapan dan caranya merawat?
  1. Siapkan air hangat
  2. Sabun dan waslap
  3. Handuk kering dan bersih
  4. Pembalut ganti yang secukupnya
  5. Celana dalam yang bersih
Caranya yaitu:
Lepas semua pembalut dan cebok dari arah depan ke belakang
  1. Waslap dibasahi dan buat busa sabun lalu gosokkan perlahanwaslap yang sudah ada busa sabun tersebut ke seluruh lokasi luka jahitan. Jangan takut dengan rasa nyeri, bila tidak dibersihkan dengan benar maka darah kotor akan menempel pada luka jahittan dan menjadi tempat kuman berkembang biak.
  2. Bilas dengan air hangat dan ulangi sekali lagi sampai yakin bahwa luka benar – benar bersih. Bila perlu lihat dengan cermin kecil.
  3. Setelah luka bersih boleh berendam dalam air hangat dengan menggunakan tempat rendam khusus. Atau bila tidak bisa melakukan perendaman dengan air hangat cukup disiram dengan air hangat.
  4. Mengenakan pembalut baru yang bersih dan nyaman dan celana dalam yang bersih dari bahan katun. Jangan mengenakan celana dalam yang bisa menimbulkan reaksi alergi.
  5. Segera mengganti pembalut jika terasa darah penuh, semakin bersih luka jahitanmaka akan semakin cepat sembuh dan kering. Lakukan perawatan yang benar setiap kali ibu buang air kecil atau saat mandi dan bila mengganti pembalut.
  6. Konsumsi makanan bergizi dan berprotein tinggi agar luka jahitan cepat sembuh. Makanan berprotein ini bisa diperoleh dari telur, ikan, ayam dan daging, tahu, tempe. Jangan pantang makanan, ibu boleh makan semua makanan kecuali  bila ada riwayat alergi.
  7. Luka tidak perlu dikompres obat antiseptik cair tanpa seijin dokter atau bidan
Lakukan  latihan kegel dan senam nifas.
Yaitu senam untuk ibu setelah melahirkan, latihan kegel ini berguna untuk menguatkan kembali otot dasar panggul setelah proses persalinan. Untuk senam bisa diawali di tempat tidur dengan gerakan sederhana, misalnya boleh mengangkat kaki saat tiduran secara bergantian. Kaki diangkat satu persatu secara bergantian mulai setinggi  45 ˚ sampai 90 ˚.
Perbanyak latihan jalan dengan posisi badan lurus jangan membungkuk.
Boleh jongkok pelan – pelan. Jangan kuatir jahitan akan lepas karena jahitan sangat kuat.
Lepasnya jahitan seringkali  karena ibu tidak rajin membersihkan luka jahitan sehingga terjadi infeksi.  Atau pada beberapa kasus yang sangat jarang ibu alergi benang jahitan tersebut.
Berapa lama jahitan akan kering?
Luka jahitan rata – rata akan kering dan baik dalam waktu kurang dari satu minggu.
Keluhan yang bagaimana yang perlu penanganan dokter atau bidan ?
Bila keluar darah kotor bau busuk dari jalan lahir, ibu panas, dan luka jahitan bengkak kemerahan terasa sangat nyeri atau luka jahitan bernanah.
Ada beberapa hal yang perlu ibu ketahui
1. Luka jahitan memang akan terasa sedikit nyeri
- Jangan cemas, rasa nyeri ini akibat terputusnya jaringan syaraf dan jaringan otot , namun semakin sering di gerakkan maka nyeri akan berkurang. Bila ibu hanya berbaring terus menerus dan takut bergerak karena nyeri akan menghambat proses penyenbuhan. Sirkulasi darah pada luka menjadi tidak lancar.
2. Luka terlihat sedikit bengkak dan merah
Pada proses penyembuhan luka tubuh secara alami akan memproduksi zat – zat yang merupakan reaksi perlawanan terhadap kuman. Sehingga dalam proses penyembuhan luka kadang terjadi sedikit pembengkakan dan kemerahan. Asalkan luka bersih ibu tak perlu cemas. Bengkak dan merah ini bersifat sementara.
Beberapa keluarga masih ada yang menganjurkan untuk mengurangi minum air putih agar jahitan cepat kering. Hal ini sama sekali tidak dibenarkan. Justru ibu harus minum yang banyak, minimal 8 gelas sehari untuk memperlancar buang air kecil, mengganti cairan tubuh yang hilang dan memperlancar proses pengeluaran ASI.
Sebagai pengetahuan tambahan yang perlu kita ketahui adalah tingkatan luka jalan lahir  atau robekan Perineum
Robekan pada luka perineum ini sebenarnya ada beberapa tingkatan, yakni secara sederhana dapat di jelaskan sebagai berikut :
Jahitan pada robekan jahitan  jalan lahir tingkat 1, yakni jahitan yang hanya menyatukan kulit luar yang robek, lalu yang berikut jahitan pada robekan jalan lahir tingkat II, yang menyatukan kulit dan jaringan otot  ( ini yang paling sering terjadi ), dan terakhir adalah jahitan yang menyatukan robekan jalan lahir tingkat III yang  robek sampai dubur.

HECTING PERINEUM




I. ANATOMI DAN PERSARAFAN PERINEUM
Perineum merupakan bagian permukaan dari pintu bawah panggul, terletak antara vulva dan anus. Perineum terdiri dari otot dan fascia urogenitalis serta diafragma pelvis. Diafragma urogenitalis terletak menyilang arkus pubis diatas fascia superfisialis perinei dan terdiri dari otot-otot transversus perinealis profunda. Diafragma pelvis dibenuk oleh otot- otot koksigis dan levator ani yang terdiri dari otot penting, yaitu : m.puborektalis, m.pubokoksigis dan m.iliokoksigis. Susunan otot tersebut merupakan penyangga dari struktur pelvis, diantaranya lewat urethra, vagina dan rektum.(1)
Perineum berbatas sebagai berikut :
1.      Ligamentum arkuata dibagian depan tengah
2.      Arkus iskiopubik dan tuber iskii dibagian lateral depan
3.      Ligamentum sakrotuberosum dibagian lateral belakang
4.      Tulang koksigis dibagian belakang tengah

Daerah perineum terdiri dari 2 bagian, yaitu :
1.      Regio anal disebelah belakang. Disini terdapat m.sfingter ani eksterna yang melingkari anus.
2. Regio urogenitalis. Disini terdapat m.bulbokavernosus, m.transversus perinealis superfisialis dan m.iskiokavernosus.
Perineal body merupakan struktur perineum yang terdiri dari tendon dan sebagai tempat bertemunya serabut-serabut otot tersebut diatas. Persarafan perineum berasal dari segmen sakral 2,3,4 dari sumsum tulang belakang (spinal cord) yang bergabung membentuk nervus pudendus.
Syarat ini meninggalkan pelvis melalui foramen sciatic mayor dan melalui lateral ligamentum sakrospinosum, kembali memasuki pelvis melalui foramen sciatic minor dan kemudian lewat sepanjang dinding sampai fossa iliorektal dalam suatu ruang fasial yang disebut kanalis Alcock. Begitu memasuki kanalis Alcock, n.pudendus terbagi menjadi 3 bagian/cabang utama, yaitu n.hemorrhoidalis inferior di regio anal, n.perinealis yang juga membagi diri menjadi n.labialis posterior dan n.perinealis profunda ke bagian anterior dari dasar pelvis dan diafragma urogenital; dan cabang ketiga adalah n.dorsalis klitoris.(1)
Perdarahan ke perineum sama dengan perjalanan saraf yaitu berasal dari arteri pudenda interna yang juga melalui kanalis Alcock dan terbagi menjadi a.hemorrhoidalis inferior, a.perinealis dan a.dorsalis klitoris.(1)


II. RUPTUR PERINEUM

A.    DEFINISI
Ruptur adalah robekan atau koyaknya jaringan secara paksa (Dorland, 1994). Perineum adalah bagian yang terletak antara vulva dan anus panjangnya rata-rata 4 cm (Wiknjosastro, 1999).
Klasifikasi ruptur perineum ada 2, yaitu :
1.      Ruptur perineum spontan Yaitu luka pada perineum yang terjadi karena sebab-sebab tertentu tanpa dilakukan tindakan perobekan atau disengaja. Luka ini terjadi pada saat persalinan dan biasanya tidak teratur.(2)
Robekan perineum ada 2, yaitu :2
a)      Anterior : labia, vagina anterior, uretra atau klitoris
b)       Posterior : dinding posterior vagina, otot perineum, spincter ani, mukosa rektum.
2.      Ruptur perineum yang disengaja (Episiotomi) Yaitu luka perineum yang terjadi karena dilakukan pengguntingan atau perobekan pada perineum.(2)
Episiotomi ialah suatu tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum dan kulit sebelah depan perineum.3

A.     RUPTUR PERINEUM SPONTAN
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat. Sebaliknya kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau kuat dan lama, karena akan menyebabkan asfiksia dan perdarahan dalam tengkorak janin, dan melemahkan otot_otot dan fasia pada dasar panggul karena diregangkan terlalu lama.(4)

Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa sehingga kepala  janin terpaksa lahir lebih ke belakang daripada biasa, kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito-bregmatika, atau anak dilahirkan dengan pembedahan vaginal.(4)
Faktor-faktor yang menyebabkan ruptur perineum (Harry Oxorn) :5
Faktor maternal, mencakup :
1.      Partus presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong (sebab paling sering)
2.      Pasien tidak mampu berhenti mengejan.
3.       Partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus yang berlebihan.
4.       Edema dan kerapuhan pada perineum.
5.      Varikositas Vulva yang melemahkan jaringan-jaringan perineum.
6.      Arcus pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pulasehingga menekan kepala bayi ke arah posterior.
7.      Perluasan episitomi.
Faktor janin mencakup :
1.      Bayi yang besar
2.      Posisi kepala yang abnormal, ex : presentasi muka
3.      Kelahiran bokong
4.      Ekstraksi forceps yang sukar
5.      Dystocia bahu
6.      Anomali kongenital, seperti hidrocephalus
Tingkat robekan perineum dapat dibagi atas 4 tingkatan (2) :
1.      Tingkat I : robekan hanya terjadi pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa mengenai kulit perineum sedikit.
2.      Tingkat II : Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selain mengenai selaput lendir vagina juga mengenai muskulus perinei transversalis, tapi tidak mengenai sfingter ani
3.      Tingkat III : Robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum sampai mengenai otot-otot sfingter ani.
4.      Tingkat IV : Robekan mengenai perineum sampai otot sfingter ani dan mukosa rectum



B.     RUPTUR PERINEUM DISENGAJA ( EPISIOTOMI)
Penyembuhan luka perineum akan lebih sempurna bila pinggirnya lurus dan otot- otot mudah dijahit. Pada persalinan spontan sering terjadi robekan perineum yang merupakan luka dengan pinggir yang tidak teratur. Hal ini akan menghambat penyembuhan penyembuhan per primam sesudah luka dijahit. Oleh karena itu, dan juga untuk melancarkan jalannya persalinan, dapat dilakukan insisi pada perineum pada saat kepala janin tampak dari luar dan mulai meregangkan perineum.4
Dengan cara episiotomi, maka robekan perineum, regangan otot-otot dan fasia pada dasar panggul, prolapsus uteri, stress incontinence, serta perdarahan dalam tengkorak janin dapat dihindarkan. Luka episiotomi lebih mudah dijahit daripada robekan.4

a.       Jenis Episiotomi:
Sayatan episiotomi umumnya menggunakan gunting khusus, tetapi dapat juga sayatan dilakukan dengan pisau. Berdasarkan lokasi sayatan maka dikenal 4 jenis episiotomi yaitu:
1)      Episiotomi medialis
Sayatan dimulai pada garis tengah komissura posterior lurus ke bawah tetapi tidak sampai mengenai serabut sfingter ani. Keuntungan dari episiotomi medialis ini adalah : perdarahan yang timbul dari luka episiotomi lebih sedikit oleh karena merupakan daerah yang relatif sedikit mengandung pembuluh darah. sayatan bersifat simetris dan anatomis sehingga penjahitan kembali lebih mudah dan penyembuhan lebih memuaskan. Kerugiannya adalah dapat terjadi ruptur perinei tingkat III inkomplet (laserasi m.sfingter ani) atau komplet (laserasi dinding rektum).
2)      Episiotomi mediolateralis
Sayatan disini dimulai dari bagian belakang introitus vagina menuju ke arah belakang dan samping.  Arah sayatan dapat dilakukan ke arah kanan ataupun kiri, tergantung pada kebiasaan orang yang melakukannya. Panjang sayatan kira2 4 cm.
Sayatan disini sengaja dilakukan menjauhi otot sfingter ani untuk mencegah ruptura perinei tingkat III. Perdarahan luka lebih banyak oleh karena melibatkan daerah yang banyak pembuluh darahnya. Otot-otot perineum terpotong sehingga penjahitan luka lebih sukar. Penjahitan dilakukan sedemikian rupa sehingga setelah penjahitan selesai hasilnya harus simetris. 



3  3)      Episiotomi lateralis
Sayatan disini dilakukan ke arah lateral mulai dari kira-kira jam 3 atau 9 menurut arah jarum jam. Jenis episiotomi ini sekarang tidak dilakukan lagi, oleh karena banyak menimbulkan komplikasi. Luka sayatan dapat melebar ke arah dimana terdapat pembuluh darah pudendal interna, sehingga dapat menimbulkan perdarahan yang banyak. Selain itu parut yang terjadi dapat menimbulkan rasa nyeri yang mengganggu penderita.
4)      Insisi Schuchardt
Jenis ini merupakan variasi dari episiotomi mediolateralis, tetapi sayatannya melengkung ke arah bawah lateral, melingkari rektum, serta sayatannya lebih lebar.

C.     Indikasi episiotomy.
Indikasi episiotomi dapat berasal dari faktor ibu maupun faktor janin. Indikasi ibu antara lain adalah:
1)      Primigravida umumnya
2)      Perineum kaku dan riwayat robekan perineum pada persalinan yang lalu
3)      Apabila terjadi peregangan perineum yang berlebihan misalnya pada persalinan sungsang, persalinan dengan cunam, ekstraksi vakum dan anak besar
4)      Arkus pubis yang sempit
Indikasi janin antara lain adalah:
1)      Sewaktu melahirkan janin prematur. Tujuannya untuk mencegah terjadinya trauma yang berlebihan pada kepala janin.
2)      Sewaktu melahirkan janin letak sungsang, letak defleksi, janin besar.
3)      Pada keadaan dimana ada indikasi untuk mempersingkat kala II seperti pada gawat janin, tali pusat menumbung.

D.    Kontra indikasi.
Kontra indikasi episiotomi antara lain adalah :
a.       Bila persalinan tidak berlangsung pervaginam
b.       Bila terdapat kondisi untuk terjadinya perdarahan yang banyak seperti penyakit kelainan darah maupun terdapadatnya varises yang luas pada vulva dan vagina. 

E.     TEKNIK PENJAHITAN

a.       Teknik Episiotomi Medialis
Pada teknik ini insisi dimulai dari ujung terbawah introitus vagina sampai batas atas otot-otot sfingter ani.
Cara anestesi yang dipakai adalah cara anestesi iniltrasi antara lain dengan larutan procaine 1%-2%; atau larutan lidonest 1%-2%; atau larutan xylocaine 1%-2%. Setelah pemberian anestesi, dilakukan insisi dengan mempergunakan gunting yang tajam dimulai dari bagian terbawah introitus vagina menuju anus, tetapi tidak sampai memotong pinggir atas sfingter ani, hingga kepala dapat dilahirkan. Bila kurang lebar disambung ke lateral (episiotomi mediolateralis).
Untuk menjahit luka episiotomi medialis mula-mula otot perineum kiri dan kanan dirapatkan beberapa jahitan. Kemudian fasia dijahit dengan beberapa jahitan. Lalu selaput lendir vagina dijahit pula dengan beberapa jahitan. Terakhir kulit perineum dijahit dengan empat atau lima jahitan. Jahitan dapat dilakukan secara terputus-putus (interrupted suture) atau secara jelujur (continous suture). Benang yang dipakai untuk menjahit otot, fasia dan selaput lendir adalah catgut khromik, sedangkan untuk kulit perineum dipakai benang sutera.

 
Keterangan :
1)      Otot perineum kiri dan kanan dijahit dan dirapatkan
2)       Pinggir fasia kiri dan kanan dijahit dan dirapatkan
3)      Selaput lendir vagina dijahit
4)      Kulit perineum dijahit dengan benang sutera

b.      Teknik Episiotomi Mediolateralis
Pada teknik ini insisi dimulai dari bagian belakang introitus vagina menuju ke arah belakang dan samping. Arah insisi ini dapat dilakukan ke arah kanan ataupun kiri, tergantung pada kebiasaan orang yang melakukannya. Panjang insisi kira-kira 4 cm.
Teknik menjahit luka pada episiotomi mediolateralis hampir sama dengan teknik menjahit episiotomi medialis. Penjahitan dilakukan sedemkian rupa sehingga setelah penjahitan selesai hasilnya harus simetris. 




1)      Menjahit jaringan otot-otot dengan jahitan terputus-putus
2)      Benang jahitan pada otot-otot ditarik
3)       Selaput lendir vagina dijahit
4)      Jahitan otot-otot diikatka
5)       Fasia dijahit
6)      Penutupan fasia selesai
7)      Kulit dijahit


c.       Teknik Episiotomi Lateralis3
Pada teknik ini insisi dilakukan ke arah lateral mulai dari kira-kira pada jam 3
atau jam 9 menurut arah jarum jam.
Teknik ini sekarang tidak dilakukan lagi oleh karena banyak memimbulkan komplikasi. Luka insisi ini dapat melebar ke arah dimana terdapat pembuluh darah pundendal interna, sehingga dapat menimbulkan perdarahan yang banyak. Selain itu parut yang terjadi dapat menimbulkan rasa nyeri yang mengganggu penderita. 

III. TEKNIK MENJAHIT ROBEKAN PERINEUM
 III.1. PERALATAN MENJAHIT PERINEUM

a.       Gorden dan sarung tangan steril
b.      Solusi irigasi
c.       Needle holder
d.      Metzenbaum gunting
e.       Jahitan gunting
f.       Gunting tang dengan gigi
g.      Klem Allis
h.      Gelpi atau deaver retractor ( untuk digunakan dalam memvisualisasikan derajat ketiga
i.        atau keempat robekan perineum, atau dalam robekan vagina)
j.        10 ml suntik dengan 22 gauge
k.      1% lidokain ( xylocaine )
l.        3-0 jahitan polyglactin 910 ( vicryl ) jahitan di CT-1 jarum ( untuk jahitan mukosa
m.    vagina )
n.      3-0 jahitan pada polyglactin 910 CT-1 jarum ( untuk jahitan otot perineum )
o.      4-0 polyglactin SH 910 pada jarum jahit ( untuk jahitan kulit )
p.      2-0 polydioxanone sulfat (PDS) jahitan di CT-1 jarum ( untuk jahitan eksternal
q.      sfingter anal )


III.2. TEKNIK MENJAHIT ROBEKAN PERINEUM
1. Tingkat I :
Penjahitan robekan perineum tingkat I dapat dilakukan hanya dengan memakai catgut yang dijahitkan secara jelujur (continous suture) atau dengan cara angka delapan (figure of eight).
2. Tingkat II :
Pada robekan perineum tingkat II, setelah diberi anestesi lokal otot-otot diafragma urogenitalis dihubungkan di garis tengah dengan jahitan dan kemudian luka pada vagina dan kulit perineum ditutup dengan mengikutsertakan jaringan-jaringan dibawahnya.
Jahitan mukosa vagina : jahit mukosa vagina secara jelujur dengan catgut kromik 2-0. Dimulai dari sekitar 1 cm di atas puncak luka di dalam vagina sampai pada batas vagina.
Jahitan otot perineum : lanjutkan jahitan pada daerah otot perineum sampai ujung luka pada perineum secara jelujur dengan catgut kromik 2-0. Lihat ke dalam luka untuk mengetahui letak ototnya. Penting sekali untuk menjahit otot ke otot agar tidak ada rongga diantaranya.
Jahitan kulit : carilah lapisan subkutikuler persis di bawah lapisan kulit. Lanjutkan dengan jahitan subkutikuler kembali ke arah batas vagina, akhiri dengan simpul mati pada bagian dalam vagina.
3. Tingkat III :
Sebelum dilakukan penjahitan pada robekan perineum tingkat II maupun tingkat III, jika dijumpai pinggir robekan yang tidak rata atau bergerigi, maka pinggir yang bergerigi tersebut harus diratakan terlebih dahulu. Pinggir robekan sebelah kiri dan kanan masing-masing diklem terlebih dahulu, kemudian digunting. Setelah pinggir robekan rata, baru dilakukan penjahitan luka robekan.
Jahitan sfingter ani : jepit otot sfingter dengan klem Allis atau pinset. Tautkan ujung otot sfingter ani dengan 2-3 jahitan benang kromik 2-0 angka 8 secara interuptus. Larutan antiseptik pada daerah robekan. Reparasi mukosa vagina, otot perineum dan kulit.
4. Tingkat IV :
Mula-mula dinding depan rektum yang robek dijahit. Kemudian fasia perirektal dan fasia septum rektovaginal dijahit dengan catgut kromik, sehingga bertemu kembali. Ujung-ujung otot sfingter ani yang terpisah oleh karena robekan diklem dengan Pean lurus, kemudian dijahit dengan 2-3 jahitan catgut kromik sehingga bertemu kembali. Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis seperti menjahit robekan perineum tingkat II.3,4

III.3. PERAWATAN PASCA TINDAKAN
a.       Apabila terjadi robekan tingkat IV (robekan sampai mukosa rektum), berikan antibiotic profilaksis dosis tunggal. Ampisilin 500 mg peroral danMetronidazol 500 mg peroral.  Observasi tanda-tanda infeksi. Jangan lakukan pemeriksaan rektal atau enema selama 2 minggu.
b.      Penggunaan sitz mandi dan analgesik seperti ibuprofen. Jika rasa sakit yang berlebihan pada hari-hari setelah pasca tindakan harus segera diperiksa, sebab rasa sakit merupakan tanda-tanda infeksi didaerah perineum.
c.       Penderita diberi makanan yang tidak mengandung selulosa mulai dari hari kedua diberi parafinum liquidum sesendok makan 2 kali sehari dan jika perlu pada hari ke 6 diberi klisma minyak.

III.4. KOMPLIKASI JIKA ROBEKAN PERINEUM DIBIARKAN
Jika robekan tingkat III tidak diperbaiki dengan baik, pasien dapat menderita gangguan defekasi dan flatus. Jika robekan rektum tidak diperbaiki, dapat terjadi infeksi dan fistula rektovaginal.

III.5. PENANGANAN KOMPLIKASI
Jika terdapat hematoma, darah dikeluarkan. Jika tidak ada tanda infeksi dan perdarahan sudah berhenti, lakukan penjahitan. Jika terdapat infeksi, buka dan drain luka. Berikan Ampisilin 500 mg peroral tiga kali sehari selama 5 hari danMetronidazol 400 mg peroral tiga kali sehari selama 5 hari. Jika infeksi mencapai otot dan terdapat nekrosis, lakukan debridemen dan berikan antibiotika secara kombinasi sampai pasien bebas demam 48 jam. Penisilin G 2 juta unit setiap 6 jam IV. Ditambah Gentamisin 5 mg/kgBB setiap 24 jam IV.DitambahMetronidazol 500 mg peroral setiap 8 jam IV
Sesudah pasien bebas demam selama 48 jam berikan : Ampisilin 500 mg peroral empat kali sehari selama 5 hari. DitambahMetronidazol 400 mg peroral tiga kali sehari selam 5 hari. Luka dapat dijahit bila telah tenang, 2-4 minggu kemudian. Fistula rektovaginal perlu dilakukan bedah rekonstruksi 3 bulan atau lebih pasca Persalinan
 
DAFTAR PUSTAKA
1.      Bonica, John J. Principles and Practice of Obstetric Analgesia and Anesthesia, FA Davis Co. Philadelphia, 2nd ed, 1995; 501-513.
2.       http://askep-askeb.cz.cc/2010/01/kti-kebidanan-studi-korelasi-berat.html
3.       Wiknjosastro H, Saifuddin Abdul B, Rachimhadhi T. Ilmu Bedah Kebidanan. Indonesia: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,2007.h.170-176.
4.       Wiknjosastro H, Saifuddin Abdul B, Rachimhadhi T. Ilmu Kebidanan. Indonesia: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,2005.h.665-666;882-884.
5.       http://askep-askeb.cz.cc/2010/03/rupture-perineum.html
6.       http://blog.ilmukeperawatan.com/episiotomi-definisiindikasi-dan-kontra-indikasi- episiotomy.html
7.       Cunningham FG,Mac Donald PC, Gan NF et al. Williams Obstetrics, 20 th ed. Appleton and Lange, 1997; 342-345
8.      http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.aa fp.org/afp/20031015/1585.html
9.       Saifuddin Abdul B, Wiknojosastro Gulardi H, Affandi B, Waspodo D. Buku Panduan Praktis Pelayanan KesehatanMaternal dan Neonatal Indonesia : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2006.h.P-19;P-50-P51.