-->

Selasa, 30 April 2013

Abortus
Pengertian
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek liewollyn&Jones, 2002).
Terdapat beberapa macam kelainan dalam kehamilan dalam hal ini adalah abortus yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan terapeutik. Abortus spontan terjadi karena kualitas sel telur dan sel sperma yang kurang baik untuk berkembang menjadi sebuah janin. Abortus buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum usia kandungan 28 minggu.Pengguguran kandungan buatan karena indikasi medik disebut abortus terapeutik (Prawirohardjo, S, 2002). Menariknya pembahasan tentang abortus dikarenakan pemahaman di kalangan masyarakat masih merupakan suatu tindakan yang masih dipandang sebelah mata. Oleh karena itu, pandangan yang ada di dalam masyarakat tidak boleh sama dengan pandangan yang dimiliki oleh tenaga kesehatan, dalam hal ini adalah perawat setelah membaca pokok bahasan ini.
Angka kejadian abortus diperkirakan frekuensi dari abortus spontan berkisar 10-15%. Frekuensi ini dapat mencapai angka 50% jika diperhitungkan banyak wanita mengalami kehamilan dengan usia sangat dini, terlambatnya menarche selama beberapa hari, sehingga seorang wanita tidak mengetahui kehamilannya. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan per-tahun, dengan demikian setiap tahun terdapat 500.000-750.000 janin yang mengalami abortus spontan.
Abortus terjadi pada usisa kehamilan kurang dari 8 minggu, janin dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan 8–14 minggu villi koriales menembus desidua secara mendalam, plasenta tidak dilepaskan sempurna sehingga banyak perdarahan. Pada kehamilan diatas 14 minggu, setelah ketubah pecah janin yang telah mati akan dikeluarkan dalam bentuk kantong amnion kosong dan kemudian plasenta (Prawirohardjo, S, 2002).
Peran perawat dalam penanganan abortus dan mencegah terjadinya abortus adalah dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat. Asuhan keperawatan yang tepat untuk klien harus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya komplikasi serius yang dapat terjadi seiring dengan kejadian abortus.

Klasifikasi
1. Abortus spontanea (abortus yang berlangsung tanpa tindakan)
Yaitu:
  • Abortus imminens : Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
  • Abortus insipiens : Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
  • Abortus inkompletus : Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
  • Abortus kompletus : Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)
Yaitu:
  • Menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28 minggu, atau berat badanbayi belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup.
Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :
a. Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X
b. Lingkungan sekitar tempat impaltasi kurang sempurna
c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan temabakau dan alcohol
2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun
3. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis.
4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
Penyebab dari segi Maternal
Penyebab secara umum:
1. virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.
3. Parasit, misalnya malaria.
1. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
3. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
4. Penyakit kronis, misalnya :
5. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.
6. Trauma fisik.
  • Penyebab yang bersifat lokal:
4. Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan hiperemia dan abortus
Penyebab dari segi Janin
Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
Manifestasi Klinis
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat
3. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi
4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi uterus
5. Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva
b.Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
Komplikasi
1. Perdarahan, perforasi, syok dan infeksi
2. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan darah
Pemeriksaan Penunjang
1. Tes Kehamilan
Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus
2. Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
Diagnosa Banding
Kehamilan etopik terganggu, mola hidatidosa, kemamilan dengan kelainan serviks. Abortion imiteins perlu dibedakan dengan perdarahan implantasi yang biasanya sedikit, berwarna merah, cepat terhenti, dan tidak disertai mules-mules.
Penatalaksanaan
Abortus dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu :
v Abortus spontaneus
Yaitu abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau medisinalis, tetapi karena faktor alamiah. Aspek klinis abortus spontaneus meliputi :
1. Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan apabila terjadi perdarahan pervaginam pada paruh pertama kehamilan. Yang pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan, dari beberapa jam sampai beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis. Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa minggu. Dalam hal ini perlu diputuskan apakah kehamilan dapat dilanjutkan.
Sonografi vagina,pemeriksaan kuantitatif serial kadar gonadotropin korionik (hCG) serum, dan kadar progesteron serum, yang diperiksa tersendiri atau dalam berbagai kombinasi, untuk memastikan apakah terdapat janin hidup intrauterus. Dapat juga digunakan tekhnik pencitraan colour and pulsed Doppler flow per vaginam dalam mengidentifikasi gestasi intrauterus hidup. Setelah konseptus meninggal, uterus harus dikosongkan. Semua jaringan yang keluar harus diperiksa untuk menentukan apakah abortusnya telah lengkap. Kecuali apabila janin dan plasenta dapat didentifikasi secara pasti, mungkin diperlukan kuretase. Ulhasonografi abdomen atau probe vagina Dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan ini. Apabila di dalam rongga uterus terdapat jaringan dalam jumlah signifikan, maka dianjurkan dilakukan kuretase.
Penanganan abortus imminens meliputi :
ü Istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
ü Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat progestasional sintetik peroral atau secara intramuskular.Walaupun bukti efektivitasnya tidak diketahui secara pasti.
ü Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan apaka}r janin masih hidup.
2. Abortus Insipiens
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kual perdarahan bertambah. Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam ovum, disusul dengan kerokan.
Penanganan Abortus Insipiens meliputi :
1) Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan:
ü Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu).
ü Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
2) Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
ü Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
ü Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau larutan ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
3) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
3. Abortus lnkompletus
Abortus Inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada abortus yang lebih lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian masif sehingga menyebabkan hipovolemia berat.
Penanganan abortus inkomplit :
1) Jika perdarahant idak seberapab anyak dan kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskulera taum iso prostol4 00 mcg per oral.
2) Jika perdarahanb anyak atau terus berlangsungd an usia kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan :
ü Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
ü Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg peroral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).
3) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
ü Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau ringer laktat) dengan k ecepatan 40 tetes permenit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
ü Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)
ü Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
4) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
4. Abortus Kompletus
Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.
Penderita dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya apabila penderita anemia perlu diberikan tablet sulfas ferrosus 600 mg perhari atau jika anemia berat maka perlu diberikan transfusi darah.
5. Abortus Servikalis
Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis dan serviks uteri menjadi besar, kurang lebih bundar, dengan dinding menipis. Padap emeriksaand itemukan serviks membesar dan di atas ostium uteri eksternum teraba jaringan. Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan busi Hegar dan kerokan untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis servikalis.
6. Missed Abortion
Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone progesterone. Pemakaian Hormone progesterone pada abortus imminens mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion.
Diagnosis
Missed abortion biasanya didahului oleh tanda-tanda abortus imminens yang kemudian menghilang secara spontan atau setelah pengobatan. Gejala subyektif kehamilan menghilang, mamma agak mengendor lagi, uterus tidak membesar lagi malah mengecil, tes kehamilan menjadi negatif. Dengan ultrasonografi dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati dan besamya sesuai dengan usia kehamilan. Perlu diketahui pula bahwa missed abortion kadang-kadang disertai oleh gangguan pembekuan darah karena hipofibrinogenemia, sehingga pemeriksaan ke arah ini perlu dilakukan.
Penanganan
Setelah diagnosis missed abortion dibuat, timbul pertanyaan apakah hasil konsepsi perlu segera dikeluarkan. Tindakan pengeluaran itu tergantung dari berbagai faktor, seperti apakah kadar fibrinogen dalam darah sudatr mulai turun. Hipofibrinogenemia dapat terjadi apabila janin yang mati lebih dari I bulan tidak dikeluarkan. Selain itu faktor mental penderita perlu diperhatikan karena tidak jarang wanita yang bersangkutan merasa gelisah, mengetahui ia mengandung janin yang telah mati, dan ingin supaya janin secepatnya dikeluarkan.
7. Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta
Hamilton, C. Mary, 1995, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC, Jakarta
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius. Jakarta

Sabtu, 09 Februari 2013

PENGUMUMAN
bagi alumni angkatan 2012 AKBID MINASA UPA MAKASSAR yang tercantum namanya dibawah ini dapat segera mengambil STR.
  1. Asriani.
  2. Sitti Aminah.
  3. Usrawati.
  4. Yuliana HD.
  5. Herlina.
  6. Hijrah Arfiani.
  7. Astiati Amir.
  8. Dwi Astuti.
  9. Dakhriani.
  10. A. Arianti.
  11. Nurul hatimah U.
  12. Ningsih Rahayu.
  13. Odelia Erna.
  14. Hayati.
  15. Rismaneswati.
  16. Rismawati.
Jika ada yang salah ketik atau tdk sesuai dgn identitas dapt melaporkan kembali ke MTKP dgn melampirkan :

1. foto copy ijazah 1 lembar.
2.foto copy STR 1 lembar.
3.foto ukuran 4 x 6 2 lembar latar merah.

yang belum tercantum namanya masih dalam proses.

Bagian Akademik

Selasa, 18 Desember 2012


Merawat tali pusat bayi Anda

PDFPrintE-mail
Ketika bayi berada dalam rahim, mereka menerima makanan dan oksigen melalui plasenta yang terhubung ke dinding dalam rahim ibu. Plasenta terhubung ke bayi Anda dengan tali pusat melalui lubang pada bayi Anda perut. Setelah bayi Anda lahir, tali pusat ini dijepit dan dipotong dekat dengan tubuh dalam prosedur rasa sakit, meninggalkan tunggul tali pusat yang menjadi apa yang kita sebut “pusar/udhel”.
Banyak ibu (terutama ibu baru) yang sedikit cemas dan bingung bagaimana melakukan perawatan pada bayi baru lahir yang tali pusat-nya belum puput. Nah saat ini saya akan mencoba untuk mengupas tentang bagaimana cara perawatan tali pusat. Namun sebelumnya saya akan mengungkapkan bahwa ada beberapa metode pemotongan tali pusat.


1. Ada yang dipotong segera maupun ditunda beberapa menit setelah bari baru lahir dengan menggunakan klem dan gunting












2. Ada yang ditunda beberapa menit/jam lalu dipotong dengan menggunakan api (disebut burning cord)












3. Ada yang tidak dipotong sama sekali hingga tali pusat tersebut puput dengan sendirinya
Nah prinsip dari perawatan tali pusat semuanya sebenarnya sama yaitu menjaga tetap kering dan bersih.nah bagaimana sebenarnya?





Perubahan terbaru untuk rekomendasi perawatan tali pusat
Karena tali pusat dapat menjadi sumber infeksi dan bakteri memasuki tubuh bayi Anda, penting untuk merawat dengan benar. Namun, beberapa penelitian telah mengkonfirmasikan bahwa tidak ada 'pengobatan' khusus diperlukan untuk membantu penyembuhan.
Praktek populer menggunakan alkohol tidak lagi dianjurkan oleh dokter anak karena telah banyak studi mengungkapkan bahwa penundaan penyembuhan nya justru lebih lama dibandingkan dibiarkan sembuh sendiri secara alami
Cara merawat tali pusat bayi Anda
Selama waktu tali pusat bayi Anda belum puput, adalah penting untuk menjaga daerah tersebut bersih dan kering .
Apa yang harus dilakukan!
· Cuci tangan Anda sebelum menyentuh tali pusat bayi Anda. (Kuman dapat tularkan melalui tangan Anda.)
· Bersihkan sekitar area ‘udhel’ bayi setidaknya sekali setiap hari atau lebih sering jika kabel nya terlihat lengket atau basah, bisa dengan menggunakan air matang hangat.
· Keringkan area yang diolesin air hangat tadi. kering menggunakan tissue atau kassa steril. (Jangan menggunakan bola kapas kering karena dapat meninggalkan serat pada tali pusat-nya.)
· biarkan tali pusat bayi Anda terbuka. Talikan popoknya di bawah udhel dan Juga menggulung kemejanya di atas pusat untuk memungkinkan udara beredar secara bebas di daerah tapi pusat/udhel.
· Amati tanda-tanda infeksi .
Apa yang TIDAK untuk dilakukan!
· Jangan menutupi pusat bayi Anda dengan apa pun, karena hal ini dapat meningkatkan kemungkinan infeksi dengan tidak membiarkan tali pusat benar-benar kering.
· Hindari sesatu menggesek tali pusat bayi Anda, seperti popoknya atau pakaian.
· Jangan pernah mencoba untuk menarik tali pusat bayi Anda. Biarkan dia jatuh atau puput secara alami, bahkan jika itu hanya tinggal tergantung seperti benang.
· Jangan menaruh minyak, lotion atau bubuk pada atau sekitar tali pusat bayi Anda.
Pertanyaan yang sering diajukan tentang perawatan tali pusat
1. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk puput?
· Umumnya kabel bayi akan jatuh dalam 1 - 3 minggu, tetapi beberapa dapat memakan waktu lebih lama dari ini. Tali pusat bayi Anda akan jatuh ketika sudah siap.
· Tapi pada praktek penundaan pemotongan dan pengekleman tali pusat, bahkan penggunaan metode burning cord dan lotus birth tali pusat justru lebih cepat puputnya.
· Pada burning cord rata-rata 4 s.d 5 hari sudah puput sedangkan pada lotus birth 2 s.d 5 hari sudah puput.
2. Tali pusat bayi saya bau dan terlihat lengket bagaimana mengatasinya?
Hal ini tidak selalu merupakan tanda infeksi. Hal ini dapat terjadi jika tali pusat bayi Anda tetap basah untuk waktu yang lama, mungkin karena tertutup oleh popoknya.
3. Kadang sebelum tali pusat puput di sekitar tunggulnya ada cairan kekuning-kuningan seperti nanah atau cairan warna merah muda di daerah sekitar pangkal pusat, bagaimana ini?
Ini adalah normal. Tidak perlu dikhawatirkan kecuali ada tanda-tanda infeksi atau drainase berlanjut selama lebih dari beberapa hari setelah tali pusat bayi Anda puput.
4. Aku melihat sedikit pendarahan di sekitar tali pusat bayi saya.
Itu normal untuk melihat keluarnya cairan atau darah sedikit setelah tali pusatnya puput. Cairan merah muda juga bisa umum tetapi perdarahan aktif tidak. (Perdarahan aktif adalah ketika Anda menghapus darahnya tapi keluar lagi dan tidak berhenti perdarahannya.) Perdarahan ini dapat terjadi jika tali pusat ditarik atau tertarik sebelum waktunya puput.
5. Tali pusat bayi saya telah puput tetapi tapi udhelnya terlihat aneh?
Setelah tali pusat bayi Anda telah jatuh, Anda mungkin melihat area merah muda kecil di bawah pusat, yang tidak terlihat seperti sisa kulitnya. Ini normal bunda Dalam satu atau dua hari kulit normal akan tumbuh di atasnya.
Jika pusat terlihat “bodhong”, ittu normal. Sebuah tonjolan kecil di sekitar pusat bayi Anda mungkin karena hernia umbilikalis. Hal ini disebabkan oleh kelemahan otot sekitar area kabel. Sebuah hernia kecil kurang dari 1 / 2 inci pada umumnya akan hilang saat bayi Anda tumbuh (biasanya hilang .
6. Bagimana dengan tradisi meletakkan sebuah koin atau benda lainnya di atas pusat agar tidak bodhong?
Ini adallah praktek yang dapat meningkatkan risiko infeksi di daerah tali pusat bayi Anda jadi justru harus dihindari.
7. Dapatkah saya memandikan bayi saya, sementara tali pusatnya belum puput?
Saran mengenai memandikan bayi saat tali bayi masih menempel sangat bervariasi. Beberapa dokter anak dan rumah sakit bersalin mendorong orang tua untuk hanya menyeka dengan spons mandi (sibin) bayi mereka sampai tali pusatnya puputsedangkan Lainnya mengatakan itu OK untuk mandi berendam asal setelah mandi sesegera mungkin area talipusat di bersihkan, dikeringkan lalu di biarkan di udara terbuka.
Jika tali pusat bayi anda menjadi basah saat mandi biarkan kering oleh udara atau keringkan dengan pengering rambut yang disetel hangat. (hati-hati untuk tidak membakar bayi anda.)
Kapan Anda harus ke dokter?
Jika Anda melihat salah satu dari berikut ...
· Wilayah atau arrea sekitar tali pusat memerah atau meradang.
· Pembengkakan di sekitar pusat bayi Anda.
· Nanah keluar terus menerus walaupun sudah di bersihkan.
· Adanya perdarahan Aktif yang tidak berhenti dengan cepat.
· Bau dari tali pusat yang tidak hilang walaupun Anda sudah membersihkan dan mengeringkan.
· Tanda-tanda bahwa daerah ini menyakitkan bagi bayi Anda.
· Jika bayi Anda demam.
· Sebelum 'mengobati' tali pusat bayi Anda dengan apa pun.
Pengobatan
Di masa lalu orang tua diperintahkan untuk menggunakan perawatan yang berbeda yang diyakini untuk membantu mempercepat proses pengeringan dan / atau melindungi terhadap infeksi. Ini termasuk memberikan
· Spiritus
· Hexachloraphane bubuk
· Klorheksidin atau larutan Betadine
· Tinktur Yodium
· Hidrogen Peroksida
· Zink Sulphadiazine
· Antibiotik topikal
Namun ternyata semua hal diatas TIDAK PERLU Anda lakukan/terapkan. Karena justru yang terpenting adalah membiarkan tali pusat tetap kering, bersih dan terpapar udara bebas.
Semoga bermanfaat
Salam Hangat